ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu
dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran sebutkan pertumbuhan
penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan
sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Pertumbuhan penduduk dikota kota negara berkembang telah menjadi masalah lama,
walaupun kenyataanya menunjukan bahwa pengolahan tata kota telah berusaha
mengatasinya. Dalam periode antara 1950-1990, jumlah penduduk kota didunia
telah meningkat lebih kurang tiga kali lipat, yakni 730 juta menjadi 2,3
miliyar jiwa. Antara tahun 1990-2020. Angka ini diperkirakan menjadi 2 kali
lipat, melewati 4,6 miliyar. 93% dari jumlah tersebut akan terjadi didunia pada
negara yang sedang berkembang. Artinya lebih dari 2,2 miliyar penduduk akan
tinggal didaerah kumuh didunia ketiga, pada saat ini sekitar 43% penduduk
didunia tinggal di daerah perkotaan, sedangkan di negara-negara berkembang
sekitar 34%. Meskipun demikian, estimasi rata-rata tersebut tidak menunjukan
variasi yang tajam diantara negara-negara tersebut. Laju pertumbuhan didunia
melesat cepat terutama di negara-negara eropa, amerika tengah, amerika selatan,
dan USA dalam dua abad perkembangan penduduknya bertambah 3 kali lipat misalnya
pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumlah 113 juta jiwa dan pada tahun 1850
menjadi 325 juta jiwa. Untuk asia dan afrika dalam jangka waktu yang sama
jumlah penduduk naik 2 kali lipat misalnya pada
tahun 1650 penduduk 430 juta jiwa dan pada tahun 1859 menjadi 844 juta
jiwa. Dengan demikian meningkatnya pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan
jumlah penduduk meningkat dengan cepat dan di beberapa bagian dunia telah
terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Urbanisasi adalah salah satu penyebab
pertumbuhan penduduk tidak dapat tumbuh secara merata, pengertian urbanisasi
adalah perpindahan penduduk desa ke wilayah perkotaan. Ketidak merataan
penduduk akan berdampak timbulnya permasalahan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang
signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan kerja, fasilitas
umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dll. Tentu masalah
yang harus dicarikan penyelesaianya.
HUBUNGAN ANTARA PENDUDUK
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan mempunyai
hubungan yang erat dengan masyarakat. Segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat di tentukanoleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilahnya
adalah “cultural-determinism”. Hubungan antara
penduduk, masyarakat, dan kebudayaan yaitu penduduk menyebabkan
terjadinya masyarakat dan masyarakat memiliki kebudayaanmasing-masing. Ketiga
hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Ada 5 macam opini-opini tentang kebudayaan, antara
lain:
1.
Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri(Cultural-Determinism).
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
2.
Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
3.
Menurut Edward
Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
4.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari keempat opini tersebut, saya
menyimpulkan bahwa kebudayaan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu penduduk
masyarakat yang terlahir secara turun temurun dari suatu daerah atau negara.
Kebudayaan diantara lain adalah berupa kepercayaan, adat istiadat, kesenian,
moral, nilai-nilai serta norma-norma, dsb.
Pertumbuhan penduduk yang makin
cepat mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan, dsb. Berbeda dengan makhluk lain, manusia
mempunyai kelebihan dalam
kehidupannya. Manusia dapat memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan
dan pengembangan akal budi telah terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik
kebudayan rohaniah maupun kebudayaan kebendaan.Akibat dari perkembangan
kebudayaan ini, telah mengubah cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Penduduk masyarakat dan kebudayaan merupakan konsep-konsep yang satu sama lain
sangat berdekatan dan berhubungan. Bermukimnya penduduk dalam suatu wilayah
tertentu dalam waktu yang tertentu pula, memungkinkan untuk terbentuknya
masyarakat di wilayah tersebut. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada
penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk,
masyarakat terbentuk karena penduduk.
Demikian pula hubungan antara
masyarakat dan kebudayaan, ini merupakan dwi tunggal, hubungan dua yang satu
dalam arti bahwa kebudayaan merukan hasil dari suatu masyarakat, kebudayaan
hanya akan bisa lahir, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tetapi juga
sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan.
Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan inipun juga merupakan suatu hubungan
yang saling menentukan.
7 UNSUR KEBUDAYAAN
1. Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal pikiran yang
berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula,
sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
Cara memeliharanya : dengan cara sekolah, membaca buku, dll sehingga
membuat pengetahuan kita meluas
2. Sistem Organisasi Masyarakat
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan
sebagai makhluk yang paling sempurnanamun tetap memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing antar individu sehingga timbul rasa untuk berorganisasi
dan bersatu.
Cara memeliharanya : dengan mengikuti organisasi tertentu agar anggota
didalamnya terus terjaga jumlahnya.
3. Sistem Religi
Kepercayaan manusia terhadapnya adanya sang maha pencipta yang mucul
karena adanya kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan mah kuasa.
Cara memeliharanya : dengan mempelajari agama yang kita anut dan
menyebarkan sebisa kita dan sesuai dengan ilmu yang kita ketahui.
4. Sistem mata pencarian hidup dan
sistem-sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia
dengan makhluk hidup yang lain.
Cara memeliharanya : dengan terus berinovasi atau berusaha membuat alat
alat kebutuhan manusia.
5. Sistem teknologi dan peralatan.
Sistem yang timbul karena manusia membutuhkan alat-alat yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari sehingga timbul ide untuk membuat peralatan
kebutuhan tersebut yang menggunakan teknologi-teknologi canggih.
Cara memeliharanya : dengan terus belajar ilmu dibidang teknologi dan
mengembangkan teknologi yang sudah ada
6. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode tulisan hingga berubah
sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah
ada bahasa yang digunakan universal seperti bahasa inggris.
Cara memeliharanya : dengan cara menggunakan bahasa yang baik agar bahasa
yang baik itu terus lestari.
7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang
dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehinggan lahirlah kesenian yang dapat
memuaskan.
Cara
memeliharanya : dengan cara membangun sanggar-sanggar atau pelatihan kesenian
yang bertujuan untuk melestarikan kesenian tersebut.
HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku
individu. Faktor biologis misalnya, sistem syaraf, proses pendewasaan, dan
kelainan biologis lainnya, sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur
temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain-lain.
Dan yang terakhir, adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang
berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Ketiga faktor di
atas adalah faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai dewasa selalu belajar
dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan mempunyai konsep
kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan perilaku-perilaku si anak akan
menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu kepribadian. Berikut ini adalah
beberapa kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau
biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang
melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life )
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih
mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial
tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan,
bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas
mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri
pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka
bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat
hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat
tinggal.
GERAK KEBUDAYAAN
Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat
yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh sebab
hubungan-hubungan yang terjadi antar terjadi kelompok masyarakat. Kebudayaan
suatu kelompok manusia jika dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing
yang berbeda, lambat laun akan diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian manusia itu sendiri. Proses itu
dinamakan akulturasi. Dalam proses alkuturasi ada unsur-unsur kebudayaan asing
yang mudah diterima seperti: unsur kebendaan ( alat tulis menulis ),
unsur-unsur yang membawa manfaat besar untuk mass media ( radio transistor )
dan unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima
unsur-unsur tersebut ( penggiling padi yang dengan biaya murah serta
pengetahuan teknis yang sederhana. Sedangkan unsur-unsur kebudayaan yang sulit
diterima misalnya: unsur yang menyangkut kepercayaan ( ideologi, falsafah hidup
) dan unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosiologi (contoh :
nasi ). Pada umumnya generasi muda adalah individu yang dapat dengan cepat
menerina unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
Sebaliknya generasi tua, lebih sukar. Hal ini disebabkan karena pada generasi
tua, norma-norma yang tradisional sudah internalized ( mendarah daging,
menjiwai ) sehingga sukar untuk mengubahnya.
TEORI KEBUDAYAAN
Empat teori dan pendekatan kebudayaan, yaitu:
1. Memandang kebudayaan sebagai kata benda :
Dalam arti lewat produk budaya kita mendenifisikan dan mengelola kebudayaan
itu. Teori produk budaya ini juga penting karena semua hasil budaya yang ada di
muka bumi merupakan produk budaya kolektif manusia. Identitas budaya dapat
dilihat dari pendekatan ini.
2. Memandang kebudayaan sebagai kata kerja :
Pendekatan ini dikemukakan oleh Pleh Van Peursen. Pendekatan ini juga penting
untuk dipahami, karena akan mampu menjelaskan kepada kita bagaimana
proses-proses budaya itu terjadi di tengah kehidupan kita. Produk-produk budaya
yang kita pahami lewat pendekatan pertama di atas ternyata juga menyiratkan
adanya proses-proses budaya manusia yang oleh Van Peursen disebut ada tiga
terminal proses budaya. Kehidupan mistis dimana mitos berkuasa, atau kuasa mitos
mengemudikan arah kebudayaan suatu masyarakat, dilanjutkan dengan hadirnya
kehidupan ontologis dan yang terakhir adalah kehidupan fungsional yang
hari-hari ini lebih mendominasi kehidupan budaya kita.
3. Memandang kebudayaan sebagai kata sifat :
Ini untuk membedakan mana kehidupan yang berbudaya dan tidak berbudaya,
membedakan antara kehidupan manusia yang berbudaya dan makhluk lain seperti
hewan dan benda-benda yang tidak memiliki potensi budaya. Dalam memandang
kebudayaan sebagai kata sifat maka unsur nilai-nilai menjadi sangat penting.
Kebudayaan dikonstruksi sebagai konfigurasi nilai-nilai atau sebagai
kompeksitas nilai-nilai yang kemudian beroperasi pada berbagai-bagai level
kehidupan. Konfigurasi nilai yang dimiliki berbagai komunitas budaya yang berbeda
kemudian melahirkan konstruksi budaya yang berbeda-beda pada komunitas budaya
itu.
4. Memandang kabudayaan sebagai kata keadaan :
Kondisi-kondisi budaya tertentu menjadi menentukan wajah kebudayaan.
KEBUDAYAAN
BARAT
Kebudayaan
Barat adalah sebuah kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi. Sebuah
kebudayaan yang ternyata bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang
satu dengan yang lainnya. Kebudayaan Barat dikatakan kontradiktif, karena
beberapa hal yaitu:
Adanya
usaha pengeliminiran antar unsur kebudayaan. Kondisi ini dapat dilihat dari
peperangan yang terjadi antara keyakinan dengan sains, keyakinan dengan
filsafat, keyakinan dengan seni, keyakinan dengan ekonomi, politik dengan
moralitas, moralitas dengan ekonomi, dan lain-lain. Dapat dilihat, suatu
hal yang umum diketahui bahwa kondisi tersebut wajar terjadi. Dan bahkan kerap
digeneralisir kepada seluruh kebudayaan yang ada di seluruh pelosok bumi.
Sehingga muncul anggapan yang naif akibat pencitraan dan kegelapan mata, bahwa
sangat sulit untuk menyatukan atau menghentikan peperangan tersebut.
Inilah
penyebab yang mungkin membuat Barat membuat sebuah mekanisme pelumpuhan
kemampuan mendominasi atau menyerang kepada unsur kebudayaan lain. Lewat
pencitraan bahwa di balik segala sesuatu ada kekuasaan, relativitas kebenaran,
teologi global, pluralisme agama, anarkis metodologis, Hak Asasi Manusia, dan
masih banyak lainnya. Dan usaha tersebut sudah menampakkan pengaruhnya dalam
kehidupan seluruh manusia yang terjangkau oleh globalisasi.
Kebudayaan
barat dibangun dengan semangat Yunani dengan Filsafat sebagai “teologi”,
demokrasi sebagai sistem politik, protestan sebagai keyakinan tanpa ibadah
(deisme), sekulerisme sebagai alat potong dan pelumpuhan intervensi dari pihak
manapun. Kebudayaan Barat lahir bukan dari prinsip yang utuh dan meliputi, akan
tetapi bersifat parsial dan tidak dapat dihubungkan atau bertentangan, maka
dari hal tersebut akan terjadi isolasi maupun perperangan.
Mengisolasi
atau isolasi unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain, sebenarnya merupakan
konsekuensi dari eklektis-kontradiktifnya kebudayaan Barat, karena unsur-unsur
kebudayaannya tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Usaha untuk
mengisolasi ini adalah sebuah hal yang sudah kita ketahui, lewat ungkapan-ungkapan,
seperti seni untuk seni (seni murni), sains untuk sains, politik untuk politik,
ekonomi untuk ekonomi, dan hukum untuk hukum.
Adanya
ideologisasi pada kebudayaan Barat, dapat dilihat dari penggunaan akhiran
“-isme”. Misalnya, materialisme, idealisme, relativisme, empirisme,
rasionalisme, positivisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, liberalisme,
feminisme, hedonisme, dan masih banyak yang lainnya. Salah satu contoh yaitu
Liberalisme, Liberalisme adalah sebuah ideologi yang liberal mulai dari sisi
ontologis hingga etis. Masing-masing ideologi sudah mengatur pandangan mulai
dari tataran ontologis hingga etis.
Dapat
dikatakan bahwa Barat sebagai sebuah kebudayaan adalah sebuah budaya yang sakit
dan kini sedang mempopulerkan dirinya lewat globalisasi, sehingga manusia dalam
kebudayaan lain menjadi ikut sakit. Kebudayaan lain, sebenarnya adalah
kebudayaan yang lebih baik daripada kebudayaan Barat. Kebudayaan lain itu
memiliki sebuah kesatuan hubungan antar unsur kebudayaannya. Tidak ada isolasi,
ideologisasi, dan pengeliminiran dalam kebudayaan mereka.
CARA
MENYARING KEBUDAYAAN BARAT
Untuk
menghindari efek negatif budaya barat ada 3 cara yang bisa dilakukan yaitu:
1.
Sterilisasi
Kita
mensterilkan diri dari pengaruh budaya barat. Caranya memang ekstrem yaitu
dengan tidak menonton televisi, tidak mengakses internet, tidak membaca buku
atau majalah yang berbau “barat” dan semacamnya. Sterilisasi ini dilakukan
dengan memutuskan hubungan sama sekali dengan dunia barat. Memang kita tidak
akan terpengaruh dengan budaya barat tapi mungkin kita akan jadi kuper alias
kurang pergaulan dan ketinggalan zaman.
2.
Filterisasi
Kita
menyaring apa yang datang dari barat. Tidak semuanya kita terima begitu saja.
Apa yang baik dan bermanfaat bisa kita tiru. Budaya yang tidak sesuai bisa kita
tinggalkan. Filterisasi ini dilakukan dengan memilah dan memilih mana yang
sesuai dan mana yang tidak. Sesuaikan dengan adat, norma dan agama yang kita
anut. Jika bertentangan jangan ragu untuk menolaknya.
3.
Imunisasi
Seperti
layaknya bayi yang selalu diberi imunisasi untuk meningkatkan kekuatan tubuh,
begitu juga remaja. Mereka perlu diberikan “imunisasi” supaya tidak mudah
terpengaruh dengan budaya barat yang negatif. Imunisasi bisa dilakukan dengan
terus menerus memberikan ilmu dan pemahaman untuk bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Selain itu, remaja juga perlu diberikan suntikan iman
agar lebih tahan godaan ketika teman-temannya mengajak untuk melakukan
perbuatan yang diharamkan.
Orang
yang selalu mengikuti budaya barat sebenarnya kehilangan jati dirinya. Dia
tidak bangga dengan dirinya dan budayanya sendiri.
Sumber: Buku Ilmu Sosial
Dasar (MKDU), Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk,
pratama94.wordpress.com/2012/12/01/kebudayaan-barat/